Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi muda. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter telah mengubah cara mereka berinteraksi, belajar, dan memahami dunia di sekitar mereka. Salah satu aspek yang terkena dampak signifikan adalah persepsi mereka tentang budaya.
Media sosial membuka akses luas terhadap berbagai budaya di seluruh dunia. Konten yang beragam, mulai dari tarian tradisional hingga kuliner eksotis, kini dapat diakses hanya dengan beberapa ketukan jari. Hal ini memperluas wawasan generasi muda dan membantu mereka menghargai keberagaman budaya.
Namun, media sosial juga dapat membentuk persepsi yang sempit dan terdistorsi tentang budaya. Algoritma yang memprioritaskan konten viral seringkali menampilkan representasi budaya yang dangkal dan stereotipikal. Misalnya, budaya Bali seringkali direduksi menjadi pantai dan pesta, mengabaikan aspek spiritual dan filosofi yang mendalam.
Selain itu, media sosial juga dapat menciptakan tekanan untuk mengikuti tren budaya tertentu. Konten yang populer seringkali menggambarkan gaya hidup yang ideal dan eksotis, mendorong generasi muda untuk mengadopsi tren tersebut tanpa memahami makna dan konteksnya. Hal ini dapat mengikis identitas budaya mereka sendiri dan menciptakan rasa tidak aman.
Di sisi lain, media sosial juga memberikan platform bagi generasi muda untuk mengekspresikan dan merayakan budaya mereka sendiri. Mereka dapat berbagi cerita, tradisi, dan karya seni yang mencerminkan identitas budaya mereka. Hal ini dapat memperkuat rasa bangga dan kepemilikan terhadap budaya mereka sendiri.
Media sosial juga memungkinkan kolaborasi dan dialog antarbudaya. Generasi muda dari berbagai latar belakang dapat berinteraksi, berbagi pengalaman, dan belajar satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan toleransi antarbudaya, serta memperkaya perspektif mereka tentang dunia.
Namun, penting untuk diingat bahwa media sosial hanyalah salah satu sumber informasi tentang budaya. Generasi muda perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan melakukan riset lebih lanjut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan akurat tentang budaya.
Peran orang tua, guru, dan tokoh masyarakat juga penting dalam membimbing generasi muda dalam menggunakan media sosial secara bijak. Mereka perlu mendorong generasi muda untuk mengeksplorasi berbagai sumber informasi, mempertanyakan representasi budaya yang mereka temui, dan mengembangkan pemahaman yang lebih kritis tentang budaya.
Dalam era digital ini, media sosial memiliki potensi besar untuk membentuk persepsi generasi muda tentang budaya. Dengan memanfaatkan media sosial secara bijak, generasi muda dapat memperluas wawasan, menghargai keberagaman, dan memperkuat identitas budaya mereka sendiri.
Namun, penting untuk diingat bahwa media sosial bukanlah satu-satunya sumber informasi tentang budaya. Generasi muda perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mencari informasi dari berbagai sumber untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan akurat tentang budaya.
Referensi :
Schwein, Bruno; Brzozowska-Woś, Magdalena; Stansbury, Ellena; Satel, Jason; Montag, Christian; Pontes, Halley M. (2020). "Exploring the Role of Social Media Use Motives, Psychological Well-Being, Self-Esteem, and Affect in Problematic Social Media Use" Kietzmann, Jan H.; Kristopher Hermkens (2011). "Social media? Get serious! Understanding the functional building blocks of social media Cahyono, Anang Sugeng (2016). "PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI INDONESIA". O'Keeffe, Gwenn Schurgin; Clarke-Pearson, Kathleen; Council on Communications and Media (2011-04-01). "The Impact of Social Media on Children, Adolescents, and Families.